Starbucks Umumkan Rencana Tutup Gerai dan PHK Massal
Jakarta – Perusahaan kopi raksasa Starbucks mengumumkan rencana besar berupa penutupan sejumlah gerai yang berkinerja buruk di Amerika Utara serta memangkas sekitar 900 posisi pekerjaan. Langkah ini merupakan bagian dari program restrukturisasi senilai US$ 1 miliar atau sekitar Rp 16,8 triliun (kurs Rp 16.800/US$).
Restrukturisasi Starbucks: Efisiensi dan Laba
Dilansir dari CNBC, Starbucks tengah berupaya mengembalikan pertumbuhan penjualan dan laba dengan merombak operasional di Amerika Serikat. Fokusnya adalah menciptakan kembali ekosistem kedai kopi klasik yang lebih nyaman dan efisien.
CEO Starbucks, Brian Niccol, menyampaikan dalam surat kepada karyawan bahwa sejumlah lokasi akan ditutup karena tidak mampu mencapai kinerja finansial maupun menghadirkan pengalaman pelanggan yang diharapkan.
“Selama peninjauan, kami mengidentifikasi kedai kopi yang tidak mampu menciptakan lingkungan fisik yang diharapkan pelanggan dan mitra kami, atau yang tidak memiliki peluang untuk mencapai kinerja finansial. Lokasi tersebut akan ditutup,” ujar Niccol.
Dampak Penutupan dan PHK Massal
Selain menutup gerai, Starbucks juga akan memangkas tenaga kerja pada divisi pendukung serta membatalkan sejumlah posisi yang sebelumnya masih terbuka. Restrukturisasi ini akan memengaruhi sekitar 900 karyawan.
Berdasarkan catatan, ini bukan kali pertama Starbucks melakukan efisiensi tenaga kerja. Pada Februari 2025, perusahaan juga sempat melakukan PHK massal terhadap lebih dari 1.100 karyawan.
Tujuan Restrukturisasi Starbucks:
- Meningkatkan efisiensi operasional perusahaan.
- Menyederhanakan struktur organisasi dan mengurangi duplikasi pekerjaan.
- Menciptakan tim yang lebih kecil, gesit, dan akuntabel.
- Meningkatkan pengalaman pelanggan di gerai Starbucks.
Pernyataan CEO Starbucks
Brian Niccol menegaskan bahwa langkah restrukturisasi ini merupakan strategi jangka panjang agar Starbucks tetap kompetitif di tengah persaingan global.
“Kami menyederhanakan struktur dengan menghilangkan duplikasi, serta menciptakan tim yang lebih kecil dan lebih gesit,” kata Niccol dalam pernyataannya kepada Reuters.
Kesimpulan
Restrukturisasi Starbucks dengan penutupan gerai dan PHK massal menunjukkan tantangan yang dihadapi industri kopi global. Meski demikian, langkah ini diyakini akan membuat perusahaan lebih efisien, menjaga keberlanjutan bisnis, serta meningkatkan kepuasan pelanggan di masa depan.

